Tampaknya kita semua sudah tahu bahwa rokok berdampak buruk bagi kesehatan. Cuma masalahnya bagi perokok, karena sudah kecanduan, tidak mudah bagi mereka untuk meyakinkan diri agar tidak merokok.
Bagi perokok, kadang-kadang yang menjadi patokan dampak merokok buat mereka adalah gangguan pernapasan. Sehingga jika mereka tidak batuk dan tidak sesak napas, mereka masih tetap merokok. Padahal efek samping dari merokok tidak melulu berdampak pada saluran pernapasan. Tampaknya mereka harus “kapok” terlebih dahulu sebelum berhenti merokok.
Pasien yang mengalami kanker, antara lain kanker lidah, kanker usus besar, kanker paru atau kanker pankreas akan menyesali kenapa mereka merokok setelah menderita kanker. Rasanya cerita dampak buruk rokok pada seseorang akan selalu kita alami terjadi pada keluarga kita. Apalagi saya yang sehari-sehari bertemu dengan pasien, melihat langsung dampak rokok pada kesehatan seseorang. Kalau penyakit akibat rokok tidak terlalu berat biasanya pasien hanya mengurangi sedikit rokoknya dan kembali lagi untuk merokok setelah sehat. Tetapi jika dampak sakit pada perokok tersebut cukup berat biasanya mereka berhenti merokok total.
Serangan stroke ringan atau TIA juga kadang kala membuat kapok seorang perokok untuk tidak merokok lagi. Para perokok yang mengalami hipersensitivitas pada saluran pernapasannya di mana jika mulai merokok, maka akan merasakan sesak, pasti tidak akan pernah mencoba untuk merokok. Serangan jantung juga biasanya membuat kapok seseorang untuk tidak merokok kembali.
Dampak lain yang sebenarnya tidak diketahui oleh para perokok bahwa rokok akan menyebabkan gangguan pada saluran pencernaan atas seseorang. Mereka yang merokok sering merasa begah, cepat kenyang dan kembung. Rokok juga menyebabkan asam lambung naik kembali ke kerongkongan atau refluks yang mencetuskan penyakit GERD. Belum lagi rokok juga dapat merusak gusi serta gigi geligi.
Mereka umumnya tidak nafsu makan karena lambungnya sudah terasa penuh dengan gas akibat hirupan asap rokok. Kondisi hipoksia kronis pada seseorang perokok juga dapat mencetuskan penurunan nafsu makan. Oleh karena itu kita sering mendengar seseorang perokok yang berhenti merokok berat badannya akan naik karena nafsu makannya bertambah atau menjadi meningkat setelah berhenti merokok.
Bagi perokok, kadang-kadang yang menjadi patokan dampak merokok buat mereka adalah gangguan pernapasan. Sehingga jika mereka tidak batuk dan tidak sesak napas, mereka masih tetap merokok. Padahal efek samping dari merokok tidak melulu berdampak pada saluran pernapasan. Tampaknya mereka harus “kapok” terlebih dahulu sebelum berhenti merokok.
Pasien yang mengalami kanker, antara lain kanker lidah, kanker usus besar, kanker paru atau kanker pankreas akan menyesali kenapa mereka merokok setelah menderita kanker. Rasanya cerita dampak buruk rokok pada seseorang akan selalu kita alami terjadi pada keluarga kita. Apalagi saya yang sehari-sehari bertemu dengan pasien, melihat langsung dampak rokok pada kesehatan seseorang. Kalau penyakit akibat rokok tidak terlalu berat biasanya pasien hanya mengurangi sedikit rokoknya dan kembali lagi untuk merokok setelah sehat. Tetapi jika dampak sakit pada perokok tersebut cukup berat biasanya mereka berhenti merokok total.
Serangan stroke ringan atau TIA juga kadang kala membuat kapok seorang perokok untuk tidak merokok lagi. Para perokok yang mengalami hipersensitivitas pada saluran pernapasannya di mana jika mulai merokok, maka akan merasakan sesak, pasti tidak akan pernah mencoba untuk merokok. Serangan jantung juga biasanya membuat kapok seseorang untuk tidak merokok kembali.
Dampak lain yang sebenarnya tidak diketahui oleh para perokok bahwa rokok akan menyebabkan gangguan pada saluran pencernaan atas seseorang. Mereka yang merokok sering merasa begah, cepat kenyang dan kembung. Rokok juga menyebabkan asam lambung naik kembali ke kerongkongan atau refluks yang mencetuskan penyakit GERD. Belum lagi rokok juga dapat merusak gusi serta gigi geligi.
Mereka umumnya tidak nafsu makan karena lambungnya sudah terasa penuh dengan gas akibat hirupan asap rokok. Kondisi hipoksia kronis pada seseorang perokok juga dapat mencetuskan penurunan nafsu makan. Oleh karena itu kita sering mendengar seseorang perokok yang berhenti merokok berat badannya akan naik karena nafsu makannya bertambah atau menjadi meningkat setelah berhenti merokok.
0 komentar:
Posting Komentar