Mengapa manusia zaman modern, termasuk kita-kita di Indonesia, sangat suka nonton bola?
Silakan Anda jawab dalam ruang komentar. Boleh mau jawab apa saja, asalkan logis dan relevan. Disini saya coba sebutkan jawaban menurut versi saya sendiri. Bisa benar, bisa salah. Tidak mengapa kita share disini.
PERTAMA. Karena setiap pertandingan bola itu dilakukan di atas rumput hijau. Ini bukan becanda lho, tapi serius. Umumnya mata-mata manusia suka dengan pemandangan yang hijau, segar, apalagi jika kelihatan titik-titik air disana. Pandangan hijau itu menyegarkan, membuat rileks, dan tidak melelahkan. Bisa bayangkan, jika permainan bola dilakukan di atas karfet warna merah, kuning, atau oranye, betapa kita akan cepat “lelah mata”.
KEDUA. Karena sejujurnya manusia modern sudah bosan dengan aneka hiburan lain, seperti film, musik, konser, komik, kartun, dan lain-lain. Mereka perlu rileks atau “jeda hiburan” dengan nonton bola. Bola bersifat olah-raga, game sport, atau lomba yang ciri utamanya adu kekuatan, adu kecerdikan, adu kemampuan. Hiburan lomba ini terasa lebih alami dan sportif daripada hiburan bentuk lain yang terlalu banyak rekayasa.
KETIGA. Dalam hiburan bola sebenarnya juga ada sisi bosannya, tidak diragukan lagi. Tapi nilai kebosanan itu seringkali ditutupi serapat mungkin melalui publikasi media dan pencitraan. Pemain-pemain yang handal menjadi selebritis, kehidupan pribadinya dikupas; dibuat aneka acara/even seputar bola; dijual foto, kaos, topi, syal, dan seterusnya; dibuat komunitas-komunitas suporter; dibuat lembaga pengatur plus aturan-aturan di dalamnya; dll.
Misalnya kegiatan “mancing di empang”. Apa sih hebatnya mancing di empang? Bagi kita rasanya, gak ada hebatnya sama sekali. Tapi kalau dibuat even Mancing Empang Super League; dibuat perlombaan mancing empang di tingkat nasional, ASEAN, dan dunia; dibuat Federasi Olahraga Mancing Empang (FOME); acara mancing empang ditayangkan di seluruh stasiun TV secara live, hingga waktu dini hari; dibuat acara “nonton bareng” mancing empang; ditampilkan sosok pemancing empang “klas dunia” misalnya Mas Paijo, Kang Cecep, Pak Herman, dll. lalu dikupas kehidupan pribadi mereka, cewek-cewek simpanannya, mobil-mobil sport koleksinya, dll; lalu dibuat T Shirt khusus, topi, syal, dst; dengan semua langkah ini, dijamin olahraga mancing empang akan menjadi idola.
Singkat kata, ada upaya membangun pencitraan melalui media, bisnis, kebijakan birokrasi, dan kultural. Sebab begini lho, ini sebuah rahasia ya; pada era tahun 80-an, ketika saya masih usia SD-SM, even olahraga dalam OLIMPIADE dan pertandingan TINJU sangat marak di dunia. Seingat saya, tahun 1984 ada Olimpiade di Los Angeles. Ketika itu sepak bola hanya satu pilihan, bukan satu-satunya yang paling populer. Tapi semakin kesini, Olimpiade tergeser, Tinju apalagi. Itu artinya, ada kesengajaan menjadikan sepak bola sebagai idola masyarakat dunia.
Silakan Anda jawab dalam ruang komentar. Boleh mau jawab apa saja, asalkan logis dan relevan. Disini saya coba sebutkan jawaban menurut versi saya sendiri. Bisa benar, bisa salah. Tidak mengapa kita share disini.
PERTAMA. Karena setiap pertandingan bola itu dilakukan di atas rumput hijau. Ini bukan becanda lho, tapi serius. Umumnya mata-mata manusia suka dengan pemandangan yang hijau, segar, apalagi jika kelihatan titik-titik air disana. Pandangan hijau itu menyegarkan, membuat rileks, dan tidak melelahkan. Bisa bayangkan, jika permainan bola dilakukan di atas karfet warna merah, kuning, atau oranye, betapa kita akan cepat “lelah mata”.
KEDUA. Karena sejujurnya manusia modern sudah bosan dengan aneka hiburan lain, seperti film, musik, konser, komik, kartun, dan lain-lain. Mereka perlu rileks atau “jeda hiburan” dengan nonton bola. Bola bersifat olah-raga, game sport, atau lomba yang ciri utamanya adu kekuatan, adu kecerdikan, adu kemampuan. Hiburan lomba ini terasa lebih alami dan sportif daripada hiburan bentuk lain yang terlalu banyak rekayasa.
KETIGA. Dalam hiburan bola sebenarnya juga ada sisi bosannya, tidak diragukan lagi. Tapi nilai kebosanan itu seringkali ditutupi serapat mungkin melalui publikasi media dan pencitraan. Pemain-pemain yang handal menjadi selebritis, kehidupan pribadinya dikupas; dibuat aneka acara/even seputar bola; dijual foto, kaos, topi, syal, dan seterusnya; dibuat komunitas-komunitas suporter; dibuat lembaga pengatur plus aturan-aturan di dalamnya; dll.
Misalnya kegiatan “mancing di empang”. Apa sih hebatnya mancing di empang? Bagi kita rasanya, gak ada hebatnya sama sekali. Tapi kalau dibuat even Mancing Empang Super League; dibuat perlombaan mancing empang di tingkat nasional, ASEAN, dan dunia; dibuat Federasi Olahraga Mancing Empang (FOME); acara mancing empang ditayangkan di seluruh stasiun TV secara live, hingga waktu dini hari; dibuat acara “nonton bareng” mancing empang; ditampilkan sosok pemancing empang “klas dunia” misalnya Mas Paijo, Kang Cecep, Pak Herman, dll. lalu dikupas kehidupan pribadi mereka, cewek-cewek simpanannya, mobil-mobil sport koleksinya, dll; lalu dibuat T Shirt khusus, topi, syal, dst; dengan semua langkah ini, dijamin olahraga mancing empang akan menjadi idola.
Singkat kata, ada upaya membangun pencitraan melalui media, bisnis, kebijakan birokrasi, dan kultural. Sebab begini lho, ini sebuah rahasia ya; pada era tahun 80-an, ketika saya masih usia SD-SM, even olahraga dalam OLIMPIADE dan pertandingan TINJU sangat marak di dunia. Seingat saya, tahun 1984 ada Olimpiade di Los Angeles. Ketika itu sepak bola hanya satu pilihan, bukan satu-satunya yang paling populer. Tapi semakin kesini, Olimpiade tergeser, Tinju apalagi. Itu artinya, ada kesengajaan menjadikan sepak bola sebagai idola masyarakat dunia.
0 komentar:
Posting Komentar